“What’s in a name?” – Shakespeare –
Kembali Agent FA hadir
dan akan membawakan tulisan terkait dengan dunia digital di industri media
periklanan. Di mana, kalau di perusahaan GroupM ini sendiri, kegiatan
perseputaran digital banyak dikelola oleh tim digital yang bernama GroupM
Interaction Indonesia.
Seperti yang sudah
kita jelaskan di postingan sebelumnya bahwa penekanan perlu dilakukan mengenai
konsep digital sebagai suatu platform, bukan media. Nah, di kesempatan kali
ini, kita bakalan menunjukkan salah satu platform yang dipakai tim digital
suatu perusahaan media periklanan, yaitu Facebook fan page dan akun twitter.
Kedua hal tersebut
bukanlah hal baru untuk sebagian besar pengguna internet di Indonesia. Tak
sedikit jumlah akun twitter dan faceboo fan page yang merepresentasikan suatu
brand atau produk mulai merajalela di dunia social media ini.
Alasan kenapa facebook
dan twitter menjadi platform yang diminati para produsen kita adalah keduanya
telah menjadi social media dengan tingkat penggunaan yang tinggi di Indonesia.
Negara pengguna Facebook
keempat terbesar di dunia adalah Indonesia
Sumber: Social Bakers
Negara pengguna
Twitter terbesar kelima di dunia adalah Indonesia
Sumber: The Next Web
Dari tabel dan grafik tersebut,
dapat dilihat bagaimana tingginya penggunaan twitter dan facebook di Indonesia
(ini belum dengan spesifik kalangan umur tertentu), bagaimana mereka tidak
menjadi “ladang” untuk para produsen berjualan?
Namun, sebagai starter
untuk menjalankan suatu kegiatan branding melalui twitter dan facebook, satu
hal yang penting dipikirkan secara matang-matang sejak awal ialah: nama dari
akun/fan page tersebut.
Kenapa nama? Karena
berdasarkan teorinya, konsumen tidak suka dengan suatu hal yang berbau ‘jualan’
di area personalnya.
Coba saja bayangkan,
kita sendiri sebagai konsumen, facebook dan twitter merupakan area yang
sifatnya personal milik kita sendiri, kalau tiba-tiba ada suatu akun yang
namanya jelas-jelas merupakan suatu nama produk/brand tertentu, agak-agak mikir
dulu nggak sih untuk kita follow atau like?
Maka dari itu,
kebanyakan dari pembuatan fan page atau akun twitter suatu brand adalah dengan
nama-nama yang lebih friendly atau tidak terlalu ‘brand-minded’ namun tanpa
lupa untuk menunjukkan identitas brand, seperti contoh-contoh di bawah ini:
Aku Anak SGM – milik susu
SGM
Sahabat Nestle – milik
Nestle
Tanya Pepsodent –
milik pasta gigi Pepsodent
Ibu dan Balita – milik
susu Frisian Flag
Tapi tentu saja,
penamaan seperti itu merupakan salah satu hal dari sekian banyak poin penting
lainnnya yang dapat dipertimbangkan dalam membuat fan page atau akun twitter
suatu brand. Karena tentu saja kita tidak bisa melupakan bahwa penting
menunjukkan unsur ‘brand’ di dalamnya sebagai bukti bahwa akun tersebut adalah
valid dan resmi dari produsen.
Dan tentu saja, jangan
melupakan kepada siapa kita berbicara, maksudnya siapakah target khalayak dari
produk atau brand kita, karena itu juga bisa menjadi salah satu bahan pertimbangan.
Semoga sharing
pemikiran kecil ini bermanfaat :)
Sincerely,
Agent FA
MMT Batch 2 GroupM
No comments:
Post a Comment